Mengenal Sistem Pendidikan Negara Laos – Laos sebagai salah satunya dari 3 daerah yang disebutkan Indo-China, selain Vietnam dan Kampuchea yang selain bersisihan dari faktor geografis, memiliki banyak pertalian sejarah dan kebudayaan. Hingga perbincangan satu daerah Indo-China, umumnya sekalian mengulas ke-3 nya.

Nama Sah negara Laos ialah Sathalanalat Paxathipatai Paxaxon Lao (bahasa Laos) dalam Bahasa Prancis Republique Democratique Populaire Lao. Wujud negaranya ialah Republik Demokratik dengan Kepala Negara ialah Presiden. Laos memiliki luas daerah 236.800 km2 jika diandaikan dengan pulau di Indonesia kurang lebih sekitaran 2/3 dari pulau Sumatera dengan warga tahun 1993 sekitar 4,enam juta jiwa. Bahasa sah ialah Lao, Prancis, Inggris. Beribukota di Vientiane.

Selama saat penjajahan Perancis Undang – Undang 1917 mengenai pendidikan ditetapkan oleh pemerintahan penjajahan Perancis mengenalkan mekanisme pendidikan umum untuk daerahnya Indocina mode kendur dibawa dari Perancis. Tetapi, beberapa sekolah dasar relatif dan cuman satu sekolah menengah (yang Pavie Lycée) yang selanjutnya dibuat oleh pemerintahan Prancis di Laos, dan

mayoritas negara elit dilatih di Ha Noi, Sài Gòn atau Perancis..Sesudah tahun 1955, dengan kontribusi Amerika, Royal Laos Pemerintahan mulai membuat sekolah dasar dan menengah di pusat-pusat khusus warga. Pendidikan tinggi tiba ke Laos mulai 1958, saat Sisavangvong University dibangun di Vientiane.

Di tahun 1987 arah pendidikan yang direncanakan ulangi dalam kerangka pembangunan ekonomi keseluruhannya dan sesuai dengan Proses Ekonomi Baru, mengaku pendidikan sebagai penggerak dalam pembangunan sosial-ekonomi dan memberi fokus untuk peningkatan mekanisme pendidikan yang bisa sediakan tenaga kerja trampil yang diperlukan oleh ekonomi kekinian. Mulai sejak itu terjadi pembaruan dalam mekanisme pendidikan kesemua jenjang, walau semua negeri bidang ini selalu terhalang oleh kurang sumber daya manusia, staff pendidik di bawah-kualifikasi, kurikulum yang tidak mencukupi, sarana bobrok dan minimnya perlengkapan mengajarkan.

Mekanisme pendidikan umum di Laos terbagi dalam pendidikan pra-sekolah (penitipan bayi dan TK), pendidikan dasar (lima tahun), pendidikan menengah rendah (3 tahun) dan pendidikan menengah atas (3 tahun). Sekolah swasta dan perguruan tinggi sudah menggerakkan semenjak tahun 1990.

B. SISTEM PENDIDIKAN LAOS

Sebagai dari hasil dampak penjajahan Perancis, Lao PDR ikuti kalender akademis Barat, September sampai Juni. Sesudah kesuksesan revolusi tahun 1975, Laos jadi bahasa pengantar di semua tingkat pendidikan Dalam susunan sekarang ini pendidikan Laos, pendidikan dasar sepanjang 5 tahun (wajib), dituruti oleh 3 tahun menengah rendah, 3 tahun menengah atas, dan tiga sampai 7 tahun pendidikan postsecondary, bergantung pada sektor study. Sementara anak-anak mulai dapat sekolah dasar pada umur enam, umur tujuh modal sebetulnya, terkecuali banyak wilayah perkotaan. Sebuah kurikulum nasional berpadu standard yang dipakai, dan pemakaian teknologi kekinian dalam pendidikan Lao benar-benar terbatas.

1. PENDIDIKAN PREPRIMARY dan DASAR

Preprimary pendidikan untuk anak umur 3-5 ialah tanggung-jawab orangtua masing-masing. Maksudnya untuk menyiapkan anak-anak untuk sekolah dasar. Sekarang ini cuma sekitaran delapan % dari anak-anak dalam barisan umur ini tercatat di sekolah preprimary.

Berkenaan dengan 5 tahun pendidikan dasar harus, permasalahan infrastruktur dasar batasan sekolah dasar hingga cuma 34,8 % pada mereka bisa tawarkan 5 tahun komplet. Walau tingkat pendidikan ialah “harus,” kurang lebih 25 % dari anak-anak tidak tercatat. Sekitaran 30 % dusun tidak mempunyai sekolah dasar dan, dari 1000 pelajar mulai pendidikan dasar cuma 20,5 % bertahan hidup sampai lima kelas tanpa perulangan. Terhitung perulangan, 34,7 % yang lain bertahan sampai lima kelas. Keseluruhannya, pada 1996-1997, cuma 13,9 % dari pemuda Lao sudah menuntaskan pendidikan dasar. Ada ketidaksamaan yang berarti di semua propinsi berkenaan dengan akses ke pendidikan dasar, akses paling rendah di wilayah pegunungan terasing dengan komunitas besar etnis minoritas.

Kurikulum pendidikan dasar Lao dasar di kelas satu sampai lima terhitung bahasa Lao, matematika, pengetahuan sosial, pendidikan fisik, musik, dan kerajinan. Dari 23 sampai 25 jam yang dihabiskan di kelas, 33 sampai 50 % dari saat yang diutamakan untuk study bahasa. Matematika perintah bertambah dari 3 sampai enam jam dari kelas satu sampai enam. Study Sosial perintah sekitaran dua sampai tiga jam, dan saat yang sisa dipakai untuk pendidikan fisik, musik, dan kerajinan.

2. PENDIDIKAN NON FORMAL

Dengan tingkat terbuka huruf keseluruhnya cuma 57 % di Laos, pendidikan non-formal memiliki peran penting. Diatur oleh Departemen Pendidikan non-formal di Departemen Pendidikan, pendidikan non-formal ditarget untuk layani buta huruf, anak-anak umur sekolah yang tidak bisa belajar dalam sekolah resmi, dan putus sekolah yang ingin tingkatkan tingkat pendidikan mereka.Untuk tingkatkan pendidikan non-formal, komune pusat evaluasi, bersama diongkosi oleh pemerintahan pusat dan warga lokal sudah dikenalkan, nyaris 170 sudah dibangun di semua negeri.

3. PENDIDIKAN INKLUSIF

Reformasi Pendidikan Guru dan Pendidikan Inklusif Di awal tahun 1990-an, Laos alami reformasi mekanisme pengajarannya dengan mengenalkan sistem edukasi yang aktif dan terpusat dalam diri anak untuk tingkatkan kualitas tapi ongkosnya masih tetap rendah, dalam usahanya untuk mendidik semua anak. Memberi pendidikan ke anak penyandang ketunaan sebagai sisi dari arah PUS tingkat nasional, dan program pelopor pendidikan inklusif sukses karena seutuhnya dihubungkan dengan reformasi mekanisme.Reformasi metodologi mengajarkan dan pendidikan guru, dibarengi dengan kurikulum yang berkaitan sudah memperlancar jalan untuk integratif Laos tidak mempunyai sekolah khusus untuk anak penyandang ketunaan yang disebut keuntungan yang besar sekali untuk Kementrian Pendidikan karenanya begitu bisa membuat mekanisme yang mencapai semua anak. Pengalaman Program pendidikan inklusif di Laos sudah memperlihatkan jika dengan rencana yang cermat, implikasi, pantauan dan support yang pas, dan dengan memakai semua sumber yang ada, dua arah sekalian, yakni tingkatkan kualitas pendidikan untuk semuanya dan memadukan anak penyandang ketunaan, bisa jalan sesuai.

4. PROFESI PENGAJARAN

Untuk penuhi persyaratan untuk mengajarkan di tingkat lanjut atas, pelajar perlu mempunyai gelar sarjana dari Fakultas Pendidikan di NUOL (15 tahun dari keseluruhan sekolah).Untuk mengajarkan di tingkat lanjut, mereka harus menuntaskan minimal 14 tahun bersekolah dengan diploma dari 1 dari 5 perguruan tinggi training guru.Untuk mengajarkan pada tingkat sekolah dasar, mereka memerlukan diploma dari 1 dari 9 perguruan tinggi guru atau sekolah dan training harus mempunyai 11 sampai 12 tahun dari keseluruhan sekolah.Minimnya guru yang berkualitas sudah jadi satu kendala yang besar untuk tingkatkan kualitas pendidikan di Laos.kesempatan baru dan menarik bidang swasta, susah untuk menarik pelajar untuk sektor edukasi. Siapa saja sebetulnya mengajarkan di kelas tidak terima 10 % bonus service sipil.Walau stimulan ini, kekurangan guru serius pada tingkat lanjut mungkin.

Untuk tingkatkan kualitas pendidikan, in-service training guru yang telah ada penting.Training itu disiapkan khususnya oleh Departemen Training Guru, Instansi Penelitian Nasional Pendidikan Sains, dan Pusat Peningkatan Guru (TDC) dari NUOL. Pada tengah 1990-an sebuah pedagogi baru yang dikenalkan oleh Departemen Pendidikan untuk menjauhi mengingat hafalan tradisionil untuk menulis lebih aktif, pengalaman, dan perpecahan permasalahan, pelajar yang terpusat pada pelajar. TDC training dan peningkatan text berkaitan sudah mengutamakan pedagogi inovatif seperti.Di tahun 1998 reformasi besar tingkatkan efektivitas dengan mengkonsolidasikan 59 sekolah training guru kecil jadi 9 instansi yang semakin besar.

5. TANTANGAN PEMBANGUNAN DAN SISTEM PENDIDIKAN

Komunitas Laos sejumlah 4,sembilan juta etnis dan bahasa yang bermacam, terhitung lebih dari 47 barisan etnis dan ilmu bahasa. kedatangan Sekolah, terbuka huruf, dan tanda perolehan pendidikan yang lain benar-benar bervariatif antara barisan etnis yang lain. Data sensus tahun 1995 memperlihatkan jika 23 % dari Laos pernah ke sekolah dibanding dengan 34, 56, dan 67 % untuk Phutai, Khmu, dan Hmong. Antara dua barisan etnis paling kecil, 94 % dari Kor dan 96 % dari Musir pernah bersekolah.Kualitas perintah condong jadi miskin, dan nyaris 1/2 pada mereka yang masuk tidak lengkapi transisi Primer.Lao, bahasa sah dan evaluasi, ialah bahasa pertama sekitaran 50 % dari komunitas.Anak-anak dari beberapa rumah di mana Lao tidak diucap masuk sekolah dengan cacat yang berarti, keadaan beberapa akuntansi untuk tingkat putus sekolah tinggi. Mengganti bahasa pengantar bisa menjadi permasalahan yang kompleks, tetapi cara yang dapat diambil oleh sekolah untuk menolong siswa bicara non-Laos.

Kualitas perdesaan Laos berimplikasi pengadaan pendidikan sebagai urbanisasi memberikan fasilitas pengangkutan pendidikan. Ini tambah mahal untuk menyiapkan sekolah untuk tiap dusun kecil dibanding membuat sebagian kecil sekolah di beberapa kota besar.Ketidaksamaan-perbedaan desa-kota bahkan juga lebih berarti untuk pengadaan sekolah menengah, tehnis atau kejuruan diberi ongkos unit yang semakin tinggi yang turut serta. Jumlah dan kualitas sekolah dikuasai oleh susunan demografis dan benar-benar peka pada ukuran kohort umur sekolah. Komunitas benar-benar muda Laos tempatkan berat beban pada sekolah dan, di saat yang serupa, rasio keterikatan yang tinggi memberi kontributor pada keproduktifan nasional rendah. keluarga besar kemampuan opsi sebagai mana anak-anak ke sekolah, condong untuk tekan registrasi wanita dan otomatis kurangi jumlah peluang selanjutnya untuk anak wanita dalam pendidikan dan di pasar tenaga kerja.

Mekanisme pendidikan benar-benar menghalangi berkembang di bawah keadaan yang kurang cukup dipersiapkan dan jelek dibayar guru, dana kurang cukup, kekurangan sarana, dan sering tidak efisien dari peruntukan sumber daya yang terbatas yang ada. Ada yang berarti geografis, etnis, gender dan ketidaksamaan kekayaan dalam distribusi servis pendidikan, dan ketimpangan yang berada di tiap tingkat mekanisme.