yohanwibisono.com – Semenjak awalnya 2020, wabah COVID-19 jadi hal yang kerap dikabarkan oleh beragam media di Indonesia. Jumlah kasus yang semakin bertambah sehari-harinya, membuat pemerintahan pada akhirnya memilih untuk mengaplikasikan ketentuan mengenai evaluasi jarak jauh atau sekolah online untuk beberapa sekolah, terutamanya di daerah besar seperti DKI Jakarta dan Kota Bandung, Jawa Barat. Untuk pertamanya kali dalam riwayat, beberapa sekolah juga tutup dan memulai lakukan proses evaluasi lewat virtual.

Tetapi pada tiap peraturan, tentu ada-ada saja pro dan kontranya. Walau evaluasi online ini bisa menolong proses pendidikan untuk selalu jalan seperti mestinya, banyak pelajar yang mengeluhkan capek karena kelamaan melihati monitor handphone mereka. Disamping itu, beberapa pelajar akui jika mereka kerap kali berasa tidak memahami akan materi yang dikatakan lewat proses mengajar-belajar virtual.

Untuk menangani hal itu, sebuah jurnal riset dengan judul Homeschooling: Sebuah Alternative Evaluasi Penyesuaian Normal Baru kreasi Eka Damayanti dan partnernya menyarankan homeschooling sebagai jalan keluar dalam tingkatkan kualitas pembelajaran anak selama saat wabah. Sari (dalam Damayanti, 2020) mengutarakan jika keluarga – terutamanya orangtua – mempunyai peranan penting dalam memberi pembelajaran yang ideal untuk anak. Oleh karena itu, Sari merekomendasikan homeschooling sebagai jalan keluar dan alternative untuk pendidikan di periode wabah. Safar (dalam Damayanti, 2020) menyampaikan jika kedatangan homeschooling sekarang makin meluas karena kedatangan handphone dan media digital yang mempermudah manusia dalam terhubung beragam info.

Pengertian Homeschooling

Istilah homeschooling sendiri datang dari bahasa Inggris, yang memiliki arti sekolah rumah. Homeschooling ialah mode pendidikan fleksibel berbasiskan rumah, di mana orangtua mempunyai pekerjaan dan tanggung-jawab penting sebagai pengawas dan pemberi beberapa materi untuk anak, yang tentu saja sesuai keperluan, ketertarikan, dan talenta mereka. Homeschooling tawarkan kebebasan ke anak dan orangtua untuk membuat keadaan belajar yang betul-betul menyenangkan dan nyaman.

Homeschooling sudah sah jadi pendidikan nonformal yang legal sesuai Undang-Undang Mekanisme Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003. Di Indonesia sendiri, homeschooling telah ramai terjadi semenjak tahun 2005 Ada faktor-faktor yang umumnya jadi pemikiran untuk orangtua pilih homeschooling untuk penuhi keperluan pendidikan anaknya. Dimulai dari susahnya cari sekolah yang penuhi persyaratan bagus orangtua, rasa sedih pada lingkungan sekolah yang membuat anak berasa tidak nyaman, minimnya perhatian guru dalam mendidik pelajar, cemas akan pertemanan yang kurang sehat, sampai ada tanda-tanda bullying ke pelajar.

Baca Juga : 5 Alasan Mengapa Kuliah di US Jadi Impian Banyak Mahasiswa

Homeschooling menjadi opsi untuk orangtua yang ingin mengawasi langsung perubahan akademik anak secara kontinu. Berlainan dengan sekolah umum, homeschooling bisa memberi waktu belajar yang lebih fleksibel dan aman untuk anak. Disamping itu, homeschooling bukan hanya menolong dalam tingkatkan kualitas akademik anak, tapi dapat tingkatkan perubahan anak dalam faktor kognisi dan psikomotorik mereka.

Homeschooling sebagai wujud penyesuaian New Normal
Dalam soal pendidikan, orangtua tentu inginkan yang terbaik untuk anaknya. ‘Tak kecuali di periode wabah seperti sekarang ini. Diambil dari riset punya Eka Damayanti dan partnernya, sebuah survei yang sudah dilakukan oleh beberapa periset departemen Nutrition and Public Health di Kampus Negeri Semarang memberikan jika evaluasi online termasuk kurang efisien. Karena, evaluasi online habiskan semakin banyak ongkos internet, memberi kebanyakan pekerjaan, dan membuat anak jadi cepat capek karena harus terus menerus melihat handphone.

Tidak seluruhnya anak terasa nyaman dengan mekanisme evaluasi online dan virtual yang ada sekarang ini. Perasaan nyaman ini yang selanjutnya bisa membuat kualitas belajar anak jadi menurun. Huebner dan McCullough mengutarakan, jika merasa tidak nyaman yang muncul karena pengalaman tidak bagus dari sekolah bisa menjadi satu diantara aspek terpenting penyebab depresi pada pelajar. Evaluasi online batasi anak untuk meningkatkan kekuatannya secara detail karena mereka tidak bisa manfaatkan sarana yang berada di sekolah.

Persoalan berikut yang selanjutnya dapat menjadi argumen untuk orangtua untuk pilih pendidikan alternative untuk anak-yang tentunya bebas dari beberapa masalah di atas. Hingga, homeschooling menjadi satu diantara jalan keluar yang pas untuk orangtua dan anak supaya masih tetap memperoleh kualitas evaluasi yang bagus dan berkualitas di dalam rumah.

Dalam riset yang serupa, Eka Damayanti dan rekanan mengatakan 4 hal yang bisa dilaksanakan untuk membuat evaluasi rumah yang nyaman dan efisien:

1. Memutuskan arah, misi, dan kebutuhan pelajar

Hanna (dalam Damayanti, 2020) mengutarakan orangtua harus pandai dalam membuat materi dan kurikulum yang sesuai keperluan pelajar. Adapun Loy Kho (dalam Damayanti, 2020) mengatakan jika kurikulum yang pas untuk pelajar ialah, “kurikulum yang berisi fokus paling penting untuk pelajar di umur mereka, yang merujuk pada kecocokan di antara talenta, ketertarikan, kekuatan dan style belajar.”

2. Manfaatkan sumber yang ada

Sumardiono (dalam Damayanti, 2020) memperjelas bila materi evaluasi di homeschooling bukan hanya terdiam pada buku saja, tetapi orangtua dapat manfaatkan kegiatan setiap hari sebagai sisi dari materi evaluasi pelajar – rasa seperti, sikap, atau ketrampilan.

3. Membuat metode, perancangan, dan proses evaluasi

Keputusan mengenai sistem evaluasi yang hendak diaplikasikan di homeschooling ada di tangan orangtua. Dalam membuat sebuah gagasan evaluasi, Clements (dalam Damayanti, 2020) merekomendasikan orangtua untuk menimbang dan sesuaikan dengan karakter pelajar.

4. Menggunakan Permainan Virtual

Sebuah study yang sudah dilakukan oleh Tuzun, Soylu, Karakus, Inal, dan Kizilkaya (dalam Damayanti, 2020) mendapati jika pendayagunaan games computer pada proses evaluasi pelajar SD bisa tingkatkan motivasi pelajar saat belajar. Argument ini selanjutnya diperkokoh oleh penemuan dari Vlassopoulos dan Makri (dalam Damayanti, 2020) yang mengutarakan jika belajar dengan manfaatkan games dan replikasi mempunyai dampak positif pada kenaikan motivasi belajar, dan memberi peluang untuk pelajar untuk dengan aktif rasakan, coba, berhubungan, dan mengaplikasikan apa yang sudah mereka dalami.