Bagi calon rekan-rekan mahasiswa baru yang berkeinginan masuk ke Sekolah Keperawatan bagus itu Akademi Keperawatan ataupun Stikes kesehatan, sebaiknya sepatutnya mengenal apa saja persyaratan masuk untuk menjadi mahasiswa perawat, serta 12 berita penting mengenai kuliah di jurusan keperawatan. Ada banyak alasan kenapa seseorang mau menjadi seorang perawat dan masuk sekolah perawat kesehatan. Salah satunya ialah kemauan untuk dapat kencang berprofesi sesudah selesai kuliah yohanwibisono.com.

Masuk Sekolah Keperawatan

Ada yang terpaksa masuk ke dunia keperawatan sebab kemauan kedua orang tua. Hal itu seperti yang penulis natural serta banyak penulis temui dikala pertama kali masuk kuliah di fakultas keperawatan. Pada ketika perkenalan di kelas, rata-rata jawaban mahasiswa baru jikalau ditanya alasan masuk keperawatan ialah kemauan dari orang tua, mau kencang berprofesi, sisanya beratensi mau berprofesi di bidang layanan kesehatan.

Baca Juga : 9 Alasan Mengapa Finlandia Menjadi Negara Pendidikan Terbaik

Langsung apa saja syarat masuk menjadi mahasiswa perawat serta persyaratan untuk dapat menjadi seorang perawat profesional ? Lewat tulisan ini, aku akan mencoba merangkum sebagian syarat untuk masuk kuliah di ilmu keperawatan serta persyaratan untuk dapat berprofesi sebagai perawat.

Persyaratan Masuk Kuliah di Keperawatan

Warga Negara Indonesia. Rekan-rekan warga negara Indonesia berkesempatan untuk turut serta meregistrasikan sebagai mahasiswa keperawatan. Hal ini diterangkan dengan adanya fotocopy Kartu Pertanda Penduduk yang sepatutnya dilampirkan ketika mengisi formulir bagus itu secara online ataupun offline

  1. Lulus SMA atau sekolah sederajat. Persyaratan masuk yang pertama ialah lulus Sekolah Menengah Atas atau sekolah lain yang sederajat. Seandainya di perguruan tinggi negeri, maupun politeknik kesehatan milik Kemetrian Kesehatan, persyaratan untuk masuk ilmu keperawatan sepatutnya berasal dari alumnus SMA dan jurusan IPA. Berbeda dengan sebagian kampus swasta, dimana sebagian perguruan tinggi swasta tak mewajibkan mahasiswa baru sepatutnya berasal dari SMA tetapi dari sekolah lain yang sederajat SMA, contohnya sekolah kejuruan atau sekolah menengah kesehatan.
  2.  Mempunyai tinggi badan minimal 155 untuk calon mahasiswa laki-laki dan 150 cm untuk calon mahasiswa perempuan. Memang untuk persyaratan yang satu ini tidaklah absolut. Untuk sebagian PTN, tinggi badan mahasiswa baru bagi pria minimal 155 cm walaupun wanita ialah 150 cm. Hal ini berbeda dengan sebagian PTS yang memasang standar lebih rendah diperbandingkan dengan PTN. Pengalaman rekan perempuan aku yang mempunyai tinggi 145 cm, diterima di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta.
  3. Tak buta warna. Hal ini ialah persyaratan absolut untuk masuk jurusan keperawatan. Dikala percobaan kesehatan, kita akan menjalani sebagian pemeriksaan. Seperti percobaan buta warna, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan berat badan dan masih ada sebagian pemeriksaan kesehatan lainnya yang sepatutnya dilewati oleh calon mahasiswa baru.
  4. Lulus Test. Untuk masuk jurusan keperawatan, kita sepatutnya meniru ujian tertulis terutamanya dulu. Ujian tertulis ini berupa ujian Percobaan Kecakapan Dasar atau kita lebih mengenalnya sebagai TKD. Percobaan pengetahuan lazim serta yang terakhir ialah psikotest. Pengalaman banyak rekan-rekan calon mahasiswa baru tak lolos ke tahap berikutnya dikarenakan gagal pada ujian psikotest. Banyak diantaranya yang asal menjawab pada soal psikotest. Maklum saja dalam psikotest banyak sekali pertanyaan yang diajukan serta waktu yang disediakan sangatlah lama.
  5. Membayar tarif perkuliahan. Dalam soal pembiayaan, silahkan rekan-rekan diskusikan dengan orang tua atau wali masing-masing. Baik untuk sekolah di kesehatan, pada biasanya tarif yang diperlukan akan jauh lebih banyak jikalau diperbandingkan dengan kuliah di bidang pengajaran. Jika itu untuk tarif persemesternya, tarif masuk ataupun tarif ketika praktek klinik. Seandainya rekan-rekan memilih kuliah di sebuah perguruan tinggi yang dikelola yayasan dan memiliki rumah sakit sendiri sebagai daerah praktek. Akan sungguh-sungguh membantu dalam hal pembiayaan. Hal itu aku rasakan sendiri. rekan yang kuliah di Sekolah Tinggi Kesehatan yang tak memiliki rumah sakit sendiri, ketika praktek klinik akan bermigrasi-pindah dari rumah sakit satu ke rumah sakit lainnya dan jaraknya cukup jauh serta sepatutnya menyewa kamar kos. Tentu hal ini akan menambah pengeluaran serta cukup merepotkan. Berbeda dengan Perguruan Tinggi yang dikelola oleh suatu yayasan dan memiliki Rumah.